Inilah Status Terumbu Karang Indonesia Terkini

Jakarta, Humas LIPI. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Oseanografi memaparkan status terumbu karang dan padang lamun di Indonesia pada Kamis (11/2), di Ruang Seminar Widya Graha LIPI Jakarta. Khusus pemaparan kondisi terumbu karang, LIPI menjabarkan kondisi terumbu karang Indonesia dari tahun 1993 hingga 2015 yang diambil dari 93 daerah dan 1.259 lokasi.
Peneliti senior bidang oseanografi LIPI, Prof. Dr. Suharsono menjelaskan, kondisi terumbu karang Indonesia secara umum adalah 5 persen berstatus sangat baik, 27,01 persen dalam kondisi baik, 37,97 persen dalam kondisi buruk, dan 30,02 persen dalam kondisi jelek.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bila dibagi lagi ke tiga wilayah Indonesia, yakni bagian barat, tengah dan timur, kondisi terumbu karang paling buruk dan semakin menurun di wilayah Indonesia timur. “Kondisinya adalah 4,64 persen berstatus sangat baik, 21,45 persen baik, 33,62 persen buruk, dan 40,29 persen jelek,” jelasnya.
Sedangkan, kondisi paling baik ada di Indonesia bagian tengah dengan 5,48 persen terkategori sangat baik, 29,39 persen baik, 44,38 persen buruk, dan 20,75 persen jelek. “Sementara untuk status Indonesia bagian barat ialah 4,94 persen sangat baik, 28,92 persen baik, 36,68 persen buruk, dan 29,45 persen jelek,” sambung Suharsono.
Di sisi lain, Suharsono mengatakan, tren kondisi terumbu karang di dunia saat ini sedang mengalami penurunan. Hal itu seperti yang terjadi di Jepang dan Australia. “Penyebab kerusakan terumbu karang di antaranya karena pemakaian alat tangkap yang merusak, peningkatan pencemaran, permasalahan global pemicu bleaching(pemutihan, red) karang, serta penyakit karang dan predasi,” jelasnya.
Budidaya
Suharsono pun berharap ke depan agar kerusakan terumbu karang ini bisa dicegah. Hal ini mengingat terumbu karang merupakan kekayaan laut yang berpotensi mengangkat pariwisata Indonesia. Tak hanya itu, terumbu karang juga dapat mengangkat perekonomian masyarakat.
“Cara mengangkat ekonomi ini dengan pembudidayaan karang lewat kegiatan transplantasi untuk diperdagangkan. Selain bernilai ekonomi, budidaya mampu mencegah kerusakan karang oleh masyarakat,” ujarnya.
Untuk transplantasi karang, Suharsono menjamin budidaya ini bersifat ramah lingkungan, zero waste, dan green activities. “Selain itu, budidaya juga diawasi sehingga memenuhi persyaratan dan peraturan internasional,” tandasnya.
Menurutnya, transplantasi karang merupakan satu-satunya kegiatan yang selalu dipantau dan diaudit. Kegiatan ini juga membuka lapangan pekerjaan baru dan mengurangi pengangguran.
“Saat ini, kegiatan transplantasi telah melibatkan 2.000 pekerja dan sebanyak 49 jenis karang telah diperdagangkan secara internasional dan 21 jenis baru dalam taraf uji coba dan akan memasuki pasar internasional,” pungkasnya. (pwd/ed: isr)
Sumber foto: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
Peneliti senior bidang oseanografi LIPI, Prof. Dr. Suharsono menjelaskan, kondisi terumbu karang Indonesia secara umum adalah 5 persen berstatus sangat baik, 27,01 persen dalam kondisi baik, 37,97 persen dalam kondisi buruk, dan 30,02 persen dalam kondisi jelek.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bila dibagi lagi ke tiga wilayah Indonesia, yakni bagian barat, tengah dan timur, kondisi terumbu karang paling buruk dan semakin menurun di wilayah Indonesia timur. “Kondisinya adalah 4,64 persen berstatus sangat baik, 21,45 persen baik, 33,62 persen buruk, dan 40,29 persen jelek,” jelasnya.
Sedangkan, kondisi paling baik ada di Indonesia bagian tengah dengan 5,48 persen terkategori sangat baik, 29,39 persen baik, 44,38 persen buruk, dan 20,75 persen jelek. “Sementara untuk status Indonesia bagian barat ialah 4,94 persen sangat baik, 28,92 persen baik, 36,68 persen buruk, dan 29,45 persen jelek,” sambung Suharsono.
Di sisi lain, Suharsono mengatakan, tren kondisi terumbu karang di dunia saat ini sedang mengalami penurunan. Hal itu seperti yang terjadi di Jepang dan Australia. “Penyebab kerusakan terumbu karang di antaranya karena pemakaian alat tangkap yang merusak, peningkatan pencemaran, permasalahan global pemicu bleaching(pemutihan, red) karang, serta penyakit karang dan predasi,” jelasnya.
Budidaya
Suharsono pun berharap ke depan agar kerusakan terumbu karang ini bisa dicegah. Hal ini mengingat terumbu karang merupakan kekayaan laut yang berpotensi mengangkat pariwisata Indonesia. Tak hanya itu, terumbu karang juga dapat mengangkat perekonomian masyarakat.
“Cara mengangkat ekonomi ini dengan pembudidayaan karang lewat kegiatan transplantasi untuk diperdagangkan. Selain bernilai ekonomi, budidaya mampu mencegah kerusakan karang oleh masyarakat,” ujarnya.
Untuk transplantasi karang, Suharsono menjamin budidaya ini bersifat ramah lingkungan, zero waste, dan green activities. “Selain itu, budidaya juga diawasi sehingga memenuhi persyaratan dan peraturan internasional,” tandasnya.
Menurutnya, transplantasi karang merupakan satu-satunya kegiatan yang selalu dipantau dan diaudit. Kegiatan ini juga membuka lapangan pekerjaan baru dan mengurangi pengangguran.
“Saat ini, kegiatan transplantasi telah melibatkan 2.000 pekerja dan sebanyak 49 jenis karang telah diperdagangkan secara internasional dan 21 jenis baru dalam taraf uji coba dan akan memasuki pasar internasional,” pungkasnya. (pwd/ed: isr)
Sumber foto: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
Sumber : Humas LIPI
ConversionConversion EmoticonEmoticon